Penyebab bipolar disorder masih diperdebatkan hingga sekarang. Ketika Gina mencari tahu apa saja penyebab bipolar disorder, sebagian ahli mengatakan penyebabnya adalah genetika dan sebagian lain lagi karena faktor lingkungan.
Gina tidak akan menuliskan secara detil mekanisme terjadinya bipolar disorder. Yang ingin Gina sampaikan yaitu beberapa pandangan Gina terkait dengan latar belakang penderita bipolar disorder.
Menurut para ahli penyebab terjadinya bipolar disorder adalah karena adanya guncangan perasaan yang sangat. Biasanya terjadi di masa kanak-kanak. Kisah berikut ini mungkin saja bisa memberikan gambaran mengenai masa kecil dan kehidupan bipolar di keluarga.
Baca juga: Ciri-Ciri Khusus Bipolar Disorder dan Ciri-Ciri Bipolar Umum
Rasa Cinta, Kasihan, dan Sayang
Salah satu cerita dari Yun, ia mengatakan bahwa ketika masih kecil ia bisa menitikan air mata ketika melihat keadaan ibunya. Waktu itu ia masih duduk di bangku SD. Nah, tentunya kita memahami, masa kanak-kanak seperti itu seharusnya diisi dengan masa-masa indah.
Pada umumnya anak-anak memiliki sifat riang. Anak SD yang memikirkan sesuatu, merasa kasihan mengenangkan nasib ibunya, sudah pasti terguncang jiwanya. Kejadian seperti ini terbawa hingga seumur hidup.
Rere, juga pengidap bipolar, mengalami hal yang sama. Ia melihat sosok ibunya sebagai seorang yang tabah, sabar, penuh kehangatan, cinta, dan tentunya memiliki hati yang penyayang. Kehidupan ibunya dipenuhi dengan pengorbanan membuatnya sangat menyayangi sang ibunda.
Rasa cinta kepada ibundanya sedemikian mendalam. Begitu pula rasa kasih sayangnya. Itu semua karena pengorbanan sang ibunda yang luar biasa.
Tetapi di sisi lain, ia melihat bahwa kehidupan sang ibunda sangat memperhatinkan. Menurutnya, sang Ibu belum merasakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Karena sejauh ini, Ibunda-nya hanya memberikan yang terbaik untuk keluarga, tanpa memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri.
Kemudian hal yang sama terjadi pada semua penderita bipolar yang Gina kenal. Timbul keinginan untuk membahagiakan ibunya. Keinginan ini begitu kuat. Tersimpan rapi di dalam hatinya. Meskipun sekedar ingat bayangan sang Ibu, ia merasakan sedih yang mendalam.
Hal yang sama Gina temukan pada penderita lainnya.
"Aku ingin membahagiakan Ibu,"
"Kasihan Ibu. Belum pernah bahagia."
Kalimat-kalimat senada sering terlontar dari penderita gangguan bipolar. Perlu dicatata bahwa orang yang disayanginya bisa siapa saja.
Ibu vs Ayah
Ada hal yang menarik yang Gina temukan dimana mayoritas penderita hidup di sebuah keluarga dimana terlihat perbedaan yang kontras, misalnya antara ibu dengan ayahnya. Memang tidak semuanya, namun Gina katakan "mayoritas."
Dalam kisah-kisah yang mereka ceritakan, mereka memiliki sosok Ibu yang tabah dan penuh pengorbanan. Di lain pihak, mereka melihat sosok Ayah sebagai sosok yang mendominasi, jika tidak dikatakan menindas.
Jadi ada dua sosok kontras yang saling berlawanan. Yang dizalimi dan yang menzalimi. Dalam kondisi ini, tumbuh rasa kasih sayang sekaligus "dendam" dalam waktu yang bersamaan. Dua hal di kutub yang berbeda.
Banyak penderita bipolar, yang telah berani mengungkapkan jati dirinya di dunia maya, mengakui bahwa mereka hidup dengan poor parenting. Kejadian-kejadian seperti bercerainya orang tua, kurangnya kasih sayang, juga perhatian adalah ciri khas dari sebagian besar kehidupan masa kecil penderita bipolar.
Menyayangi dan atau Kurang Kasih Sayang
Sejauh ini penderita gangguan bipolar berasal dari salah satu latar belakang di atas: menyayangi dengan mendalam atau kurang kasih sayang dari orang tua.
Adapun yang dimaksud dari kurang kasih sayang dari orang tua adalah keadaan dimana selalu terjadi pertengkaran antara keduanya. Lingkungan rumah yang seharusnya menenangkan dan mendamaikan justru menjadi perusak ketenangan itu sendiri.
Tidak ada empati, saling menghargai, ataupun saling mendukung. Justru yang banyak terjadi adalah saling menuntut dan menyalahkan satu sama lain. Dalam keadaan seperti itu secara terus menerus, maka dampak yang paling dirasakan oleh penderita bipolar adalah rasa kesepian.
Dampak serius lainnya adalah rasa rendah diri. Meskipun mereka memiliki berbagai kemampuan, namun karena mereka tidak merasakan penghargaan dari keluarga terdekat, mereka tidak merasakan adanya penghormatan kepada dirinya sebagai seorang pribadi.
Marshanda, yang divonis mengidap bipolar disorder, pernah mengatakan, "Mereka tidak memiliki rasa empati." Katanya merujuk pada ibu dan saudara-saudara lainnya. Inilah yang Gina maksud dengan tidak adanya saling menghargai atau menghormati.
Kita bisa melihat perbedaannya manakala kita bandingkan keadaan keluarga seperti di atas dengan keluarga yang menghargai anak-anak.
Anak-anak (kecil) yang sering dimintai pendapat, dipuji, dan diperlakukan layaknya orang dewasa akan matang lebih cepat. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Secara emosional lebih dewasa.
Dan karena mereka sudah merasakan kebahagiaan, merekapun sangat mudah memberikan perhatian kepada orang lain. Hidup mereka diarahkan bagaimana membahagiakan orang lain.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya faktor lingkungan, terutama keluarga, sangat berpengaruh terhadap kematangan psikologi seseorang. Gina sendiri melihat bahwa kehidupan keluarga yang tidak ideal merupakan salah faktor besar penyebab bipolar disorder.
Mayoritas penderita bipolar disorder merupakan anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Mereka juga tumbuh besar di lingkungan keluarga yang penuh konflik dan sejenisnya.