Sepanjang untaian waktu mungkin ada momen kelam dalam kehidupan kita: kehidupan aku, kamu, dan kita semua. Dan kita biasanya selalu tergoda untuk mengeluhkan masa-masa itu. Sebentuk respon jiwa untuk memastikan bahwa kita benar-benar dalam keadaan hati yang luka.
Namun Carol Dweck, seorang periset ternama, menyatakan masa-masa itu adalah waktu terindah bagi mereka yang memiliki mindset bertumbuh. Sebuah mindset yang merupakan tradisi orang-orang sukses.
Kehidupan yang rumit merupakan cara untuk membesarkan jiwa kita; peristiwa kelam merupakan dorongan hebat yang memotivasi diri tanpa harus pergi ke seminar-seminar mahal; hinaan dan ejekan bisa menjadi daya lecut yang membuka potensi diri; dan ketidakberdayaan terkadang merupakan awal dari kebangkitan.
Hanya orang-orang yang berjiwa tabah saja yang dapat mengubah hati yang luka menjadi energi positif. Secara naluriah, perasaan terluka itu justru membuatnya memiliki energi besar untuk bergerak.
Kisah Hati yang Luka
Pagi ini saya ingin melengkapi kisah "hati yang luka" dengan kisah cinta menggetarkan. Kisah salah seorang teman sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ia harus bekerja membantu kehidupan keluarganya. Maka di sela-sela waktu itu kuli apa saja agar bisa mendapatkan uang untuk makan sehari-hari.
Kehidupan yang memprihatinkan tidak membuatnya putus harapan. Justru semangatnya membadai di pelataran jiwa. Dialah satu-satunya yang tekun menantang dirinya sendiri menyelesaikan 50 soal matematika setiap hari. Mengisi malam-malamnya dengan ketekunan bermunajat kepada Sang Pencipta. Dan tanpa henti merawat harapannya bahwa suatu hari kelak ia akan mengubah garis nasib, membahagiakan kedua orang tuanya, dan memberikan kebahagiaan bagi adik-adiknya.
Dengan sepeda butut - satu-satunya harta berharga miliknya - ia mengayuh menuju masa depan. Pemandangan ketika ia berangkat dan pulang ke sekolah itu tidak pernah lepas dari pandangan saya, menjadi pelajaran berharga yang paling indah.
Jatuh Cinta, Awal dari Hati Yang Luka
Dan seperti remaja pada umumnya, ia pun merasakan getaran aneh di alam semesta ini yang bernama jatuh cinta. Sebuah peristiwa yang tidak pernah diajarkan di sekolah, tidak ditemukan pada rumus-rumus matematika kesukaannya, tidak tercatat pada buku sejarah, dan tidak pula tergambarkan pada buku geografi dan semacamnya.
Mungkin cerita cinta pemuda desa itu memang harus ditulis dengan tragis. Mimpi-mimpi indahnya untuk dapat menyulam cinta harus kandas. Keadaan ekonomi dengan kejam memaksanya untuk membuang impian cintanya di jurang dalam. Padahal, padahal kedua-duanya saling terpaut hati. Saling menjalin mimpi. Saling menaruh cinta satu sama lain.
Kisah kasih yang tak sampai selalu menggetarkan. Tak ada tangis padanya meskipun dadanya bergemuruh. Hati yang luka itu dibawanya menuju hamparan hari-hari penuh dengan kerja keras.
Ia bertekad mengubah keadaan. Tak ada jalan lain menuju masa depan yang cemerlang kecuali dengan tenaga yang ada pada dirinya, pikiran yang kuat, dan hati yang setabah gunung.
Hati yang luka itu justru mengubahnya menjadi seorang petarung hebat. Impiannya sudah sangat jelas. Ia tak ingin lagi melihat keluarganya makan hanya dengan beras kering sisa-sisa orang. Ia tidak ingin tubuh ayahnya tetap mengambil rumput untuk kemudian dijual demi menyambung hidup.
Ia juga tidak ingin membiarkan peristiwa kelam cintanya menghantuinya sepanjang hidup. Menyembuhkan hati yang luka itu adalah caranya membayar semua kepedihan. Maka ia terus bekerja. Dan apapun yang terjadi ia harus dapat melanjutkan pendidikannya. Ia adalah satu-satunya yang sekolah.
Kuliah
Tuhan selalu mendengar doa-doa hamba-Nya. Dan hati yang manakah yang tak bahagia manakala doa-doanya dipertemukan dengan kenyataan. Meskipun dari keluarga yang sangat berkekurangan, dengan kerja kerasnya ia dapat melanjutkan pendidikan ke ITB. Sebuah universitas ternama di tanah air.
Hari demi hari terus bergulir. Bulan demi bulan terus melaju. Hingga tiba waktunya ia melamar menjadi karyawan untuk perusahaan yang bergerak di bidang gas and oil.
Kepandaian serta ketekunannya membuat perusahaan terpikat. Tidak membutuhkan waktu lama, ia akhirnya dapat menikmati kemakmuran. Hidup dengan gaji di kisaran 40 juta membuatnya tiada henti beryukur.
Momen-Momen Mengharukan
Apa yang paling menggetarkan adalah ketika ia menceritakan awal-awal kesukesannya. Dan orang pertama yang ia ingin bahagiakan tentunya ayahanda dan ibundanya tercinta.
Hari itu langit begitu cerah. Seperti biasanya Jakarta tetap sibuk. Mobil-mobil merayap di punggung jalan. Orang berlalu lalang, sibuk pula dengan pikirannya masing-masing.
Dan salah satu mobil di jalan itu adalah dirinya dengan ibu, ayah, dan adik-adiknya. Keluarganya dari dusun itu terperangah. Selama ini mereka hanya kenal dengan sawah, rumput, kambing-kambing yang harus digembalakan...
Ia membawa keluarganya ke restoran mahal. Mungkin baginya hal tersebut biasa saja. Namun ia tidak menyangka bahwa kejadian itu akan membuat air matanya menitik karena haru biru.
Ketika semua pesanan telah dihidangkan, ketika tangan mereka mulai menyentuh satu persatu, ia melihat ibunya terdiam. Ada raut sedih di wajahnya. Maka semuanya pun terdiam. Menunggu hal apa yang akan sebenarnya terjadi dengan sang ibu.
Setelah beberapa lama, terucaplah kalimat yang menggetarkan hati. Ibunya yang tua itu berkata, "Dulu ibu hanya memberimu makan nasi kering...." Ujarnya sambil menahankan air mata.
Tidak, Bu. Engkau telah memberikan segalanya...
Sepeda Butut
Kekayaan tidak membuatnya menjadi tinggi hati. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia hampir menyempatkan waktu untuk mengenang kisah lamanya. Ia mengayuh sepeda bututnya itu ke sekolah. Menyusuri jalan yang sama dimana dahulu ia menggantungkan harapan lewat sekolah, apapun yang terjadi.
Sepeda itu memang hartanya yang berharga yang menghantarkannya travelling keliling dunia, mencicipi kemewahan dunia, dan memberinya petualangan jiwa.
Dengan sepeda butut itu pula, ia mengenang bagaimana masa-masa indah ketika memboncengkan gadis desa pujaan hatinya. Kenangan itu tersimpan apik. Kenangan cinta yang penuh luka.
Tetapi kini ia menyadari justru itulah cara Tuhan menghantarkan dirinya menaiki tangga kesuksesan. Hati yang luka itu membuatnya "mengamuk" dalam kerja dan doa-doa di sepanjang hari untuk melupakan kejadian memilukan itu.
Apa yang dahulunya sekedar angan-angan, kini menjadi kenyataan. Bahkan dapat dikatakan jauh melampaui impian itu sendiri. Ia telah mengubah hati yang luka menjadi taman-taman surga.
*Kebanggaanku untukmu, sahabatku.