Gina Hayana. Kita mungkin sudah melewati rangkaian waktu di sepanjang kehidupan kita. Namun berapa orang yang berani menjelajahi kehidupan itu sendiri: melihat berbagai peluang, menentukan tujuan, dan bergerak ke depan.
Meninggalkan rutinitas yang menjemukan; rutinitas yang tidak membawa kita ke manapun atau menjemput masa depan yang makmur. Namun karena terbiasa atau mungkin sudah terperangkap di sana, banyak yang tidak mau meninggalkannya.
Sajian siang ini terbetik ketika seseorang menanyakan bagaimana memulai investasi, agar uang bekerja untuk kita. Bagaimana cara menjadi investor di bidang properti?
Saya biasanya menggunakan metafora matahari. Kita lebih baik sering-sering menatap segala kehidupan dan peristiwanya apa adanya. Tidak dengan keluhan maupun tendensi apapun.
Cara demikian dapat melatih kita memiliki pandangan objektif terhadap hal apapun. Objektivitas sangat penting dalam menimbang segala sesuatu. Tingkat objektivitas ini yang membuat seseorang terbiasa melihat segala sesuatunya dalam dua sisi.
Yaitu sisi kekuatan dan sisi kelemahan, sisi buruk dan sisi baik, sisi manfaat dan sisi kerugiannya. Impaknya adalah cara pandang yang balance terhadap segala sesuatu.
Mungkin selama ini kita kurang baik dalam menilai diri kita sendiri. Terlalu menyombongkan atau sebaliknya terlalu meremehkan. Mungkin itu yang pernah terjadi dengan saya sendiri.
Ketakutan untuk memulai usaha merupakan salah satu cara kita mengubur berbagai potensi diri sendiri. Maka jika Anda masih bekerja untuk orang lain, namun ingin pula membangun finansial freedom, maka bekerjalah pada titik optimal.
Kerja-kerja itu bukan hanya untuk membuat kaya perusahaan atau orang lain. Bekerja pada titik optimum adalah untuk membuka keran potensi Anda yang masih tertutup.
Jika benar-benar bekerja, mungkin Anda terkejut dengan kemampuan Anda sendiri. Lalu sedikit demi sedikit rasa percaya diri itu tumbuh. Makin lama makit kuat. Akar-akarnya jauh menghujam bumi. Dan pohonnya menjulang tinggi di langit biru.
Ketika itulah, dengan sendirinya Anda mulai berpikir dan berani untuk membangun usaha sendiri. Kemudian, dari setiap income, Anda mulai misalnya memikirkan cara menjadi investor properti.
Maka polanya jelas, jika Anda ingin mulai berinvestasi properti, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh mendapatkan modal, baik modal pengetahuan maupun modal uang.
Jika pemasukan Anda, katakanlah 3 juta/bulan, apa yang akan Anda lakukan apabila ditawari properti senilai 2 M? Inilah pengalaman saya ketika pemasukan kurang dari 3 juta.
Setiap kali saya ditawari, misalnya lahan tanah, saya langsung melihat tanah tersebut. Saya pijakan kaki saya. Dan memasukan rasa yakin bahwa tidak lama lagi saya dapat memilikinya. Keinginan untuk dapat berinvestasi diubah menjadi doa.
Langkah tersebut sebenarnya adalah untuk mengubah mindset, self-image, atau identitas diri. Bahwa kita adalah seorang investor yang terbiasa melakukan transaksi properti.
Identitas diri kita sesungguhnya membentuk siapa diri kita. Ia ibarat air yang perlahan-lahan mengisi telaga. Air yang keruh menjadikan telaga keruh. Air yang kotor membuat telaga kotor. Sedangkan air yang jernih membuat telaga jernih.
Saya selalu ingat kata-kata Warren Buffet, "I always knew I was going to be rich. I don't think ever doubted it for a minute." Dan hukum di alam ini sudah membuktikannya. Saya juga memahami Servo-Mechanism, bahwa semua eleman dalam diri kita secara otomatis akan mencari jalan keluar untuk membuat nyata "self-image" dalam diri kita.
Dan saya juga meyakini bahwa apa yang kita amalkan akan dibalas, sekecil apapun. Maka - dalam konteks ini -- amal-amal yang dapat dilakukan oleh pikiran maupun perasaaan adalah merasa kaya (qonaah).
Dalam sebulan saya bisa mengunjungi empat hingga lima kali ke properti-properti yang memiliki peluang besar di masa depan. Meskipun waktu itu tidak tahu dari mana mendapatkan uang untuk membelinya. Saya tidak terlalu banyak memikirkan dari uang itu datang, tapi merasakan bahwa pasti akan memiliki uang tersebut.
Kurang dari setahun semenjak muncul tekad untuk berinvestasi di properti akhirnya mimpi itu terwujud. Sebuah rumah mungil dan 3000 m2 tanah di daerah industri merupakan langkah awal yang tidak mungkin saya lupakan.
Setiap kali saya tidak percaya bahwa kita mampu menggapai sesuatu, saya selalu ingat proses tersebut di atas. Dari sini pula saya mulai berhati-hati dengan keyakinan kita. Keyakinan sangat mudah menjadi kenyataan. Sayangnya banyak dari kita yang keyakinan negatif sehingga memunculkan kenyataan yang negatif pula.
Meninggalkan rutinitas yang menjemukan; rutinitas yang tidak membawa kita ke manapun atau menjemput masa depan yang makmur. Namun karena terbiasa atau mungkin sudah terperangkap di sana, banyak yang tidak mau meninggalkannya.
Sajian siang ini terbetik ketika seseorang menanyakan bagaimana memulai investasi, agar uang bekerja untuk kita. Bagaimana cara menjadi investor di bidang properti?
Investor Memulai dengan Kerja
Tidak sedikit yang mengeluhkan nasib gaji, atau kondisi kehidupannya. Tinggalkan kebiasaan mengeluh jika Anda ingin mengubah jalur pemasukan dari seorang pekerja menjadi seseorang dengan pasif income.Saya biasanya menggunakan metafora matahari. Kita lebih baik sering-sering menatap segala kehidupan dan peristiwanya apa adanya. Tidak dengan keluhan maupun tendensi apapun.
Cara demikian dapat melatih kita memiliki pandangan objektif terhadap hal apapun. Objektivitas sangat penting dalam menimbang segala sesuatu. Tingkat objektivitas ini yang membuat seseorang terbiasa melihat segala sesuatunya dalam dua sisi.
Yaitu sisi kekuatan dan sisi kelemahan, sisi buruk dan sisi baik, sisi manfaat dan sisi kerugiannya. Impaknya adalah cara pandang yang balance terhadap segala sesuatu.
Mungkin selama ini kita kurang baik dalam menilai diri kita sendiri. Terlalu menyombongkan atau sebaliknya terlalu meremehkan. Mungkin itu yang pernah terjadi dengan saya sendiri.
Ketakutan untuk memulai usaha merupakan salah satu cara kita mengubur berbagai potensi diri sendiri. Maka jika Anda masih bekerja untuk orang lain, namun ingin pula membangun finansial freedom, maka bekerjalah pada titik optimal.
Kerja-kerja itu bukan hanya untuk membuat kaya perusahaan atau orang lain. Bekerja pada titik optimum adalah untuk membuka keran potensi Anda yang masih tertutup.
Jika benar-benar bekerja, mungkin Anda terkejut dengan kemampuan Anda sendiri. Lalu sedikit demi sedikit rasa percaya diri itu tumbuh. Makin lama makit kuat. Akar-akarnya jauh menghujam bumi. Dan pohonnya menjulang tinggi di langit biru.
Ketika itulah, dengan sendirinya Anda mulai berpikir dan berani untuk membangun usaha sendiri. Kemudian, dari setiap income, Anda mulai misalnya memikirkan cara menjadi investor properti.
Maka polanya jelas, jika Anda ingin mulai berinvestasi properti, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh mendapatkan modal, baik modal pengetahuan maupun modal uang.
Miliki Mindset Investor Properti
Jika pemasukan Anda, katakanlah 3 juta/bulan, apa yang akan Anda lakukan apabila ditawari properti senilai 2 M? Inilah pengalaman saya ketika pemasukan kurang dari 3 juta.
Setiap kali saya ditawari, misalnya lahan tanah, saya langsung melihat tanah tersebut. Saya pijakan kaki saya. Dan memasukan rasa yakin bahwa tidak lama lagi saya dapat memilikinya. Keinginan untuk dapat berinvestasi diubah menjadi doa.
Langkah tersebut sebenarnya adalah untuk mengubah mindset, self-image, atau identitas diri. Bahwa kita adalah seorang investor yang terbiasa melakukan transaksi properti.
Identitas diri kita sesungguhnya membentuk siapa diri kita. Ia ibarat air yang perlahan-lahan mengisi telaga. Air yang keruh menjadikan telaga keruh. Air yang kotor membuat telaga kotor. Sedangkan air yang jernih membuat telaga jernih.
Saya selalu ingat kata-kata Warren Buffet, "I always knew I was going to be rich. I don't think ever doubted it for a minute." Dan hukum di alam ini sudah membuktikannya. Saya juga memahami Servo-Mechanism, bahwa semua eleman dalam diri kita secara otomatis akan mencari jalan keluar untuk membuat nyata "self-image" dalam diri kita.
Dan saya juga meyakini bahwa apa yang kita amalkan akan dibalas, sekecil apapun. Maka - dalam konteks ini -- amal-amal yang dapat dilakukan oleh pikiran maupun perasaaan adalah merasa kaya (qonaah).
Dalam sebulan saya bisa mengunjungi empat hingga lima kali ke properti-properti yang memiliki peluang besar di masa depan. Meskipun waktu itu tidak tahu dari mana mendapatkan uang untuk membelinya. Saya tidak terlalu banyak memikirkan dari uang itu datang, tapi merasakan bahwa pasti akan memiliki uang tersebut.
Kurang dari setahun semenjak muncul tekad untuk berinvestasi di properti akhirnya mimpi itu terwujud. Sebuah rumah mungil dan 3000 m2 tanah di daerah industri merupakan langkah awal yang tidak mungkin saya lupakan.
Setiap kali saya tidak percaya bahwa kita mampu menggapai sesuatu, saya selalu ingat proses tersebut di atas. Dari sini pula saya mulai berhati-hati dengan keyakinan kita. Keyakinan sangat mudah menjadi kenyataan. Sayangnya banyak dari kita yang keyakinan negatif sehingga memunculkan kenyataan yang negatif pula.