Betapa Rindunya Aku Padamu
Aku bermimpi ketika jatuh terlelap di malam hujan itu. Gerimis rintik-rintik. Bunyikan alunan merdu di atap rumah. Aduh kenapa gerimis membawakan sebungkus rindu? Hatiku berdetak-detak dalam debar cinta. Setiap kuingat wajah tampan itu, berkas-berkas cahaya kebahagiaan menyelinap halus ke dalam hatiku.
Dan seketika datanglah bayangan kebahagiaan tentang hari esok dalam rupa paling menawan. Engkau datang bagai pangeran; melindungi hatiku dari keresahan. Engkau-lah lelaki yang akan memetiki segala kerisauan dari penjuru pikiran, benak, dan perasaan.
Sedangkan aku merelakan diri menjadi seseorang yang melayani kebahagiaanmu. Aku akan tentram menuangkan teh hangat di pagi hari, menyiapkan pakaian mana yang akan kau pakai, dan kubantu dirimu mengenakannya.
Aku selalu berikan senyuman terhangat, yang akan mengecupmu hingga ke dalam hatimu dan menyisakan butir-butir cinta di relung-relungnya. Engkau pun hanya akan melihat diriku dalam tampilan teranggun: tatapan, senyuman, gerakan, dan kata-kata.
Gerimis yang turun ini membawakanku sekuntum rindu. Padamu.
Semoga kelak aku menjumpaimu tepat dalam waktunya. Di pelaminan. Dalam pertemuan yang diridhai Tuhan.
Gerimis yang turun ini membawakanku sekuntum rindu. Padamu.
Semoga kelak aku menjumpaimu tepat dalam waktunya. Di pelaminan. Dalam pertemuan yang diridhai Tuhan.
Betapa indahnya rinduku padamu.
Ketika kehidupan mulai tertidur, khayalanku mulai merayap dalam kesenyapan. Aku kembali melihat diriku yang berlari-lari kecil di punggung bukit. Kala itu matahari begitu murah hati memberikan cahaya keemasannya. Mega-megapun terkena sapuan tipis itu. Indah laksana sepuhan perak dari tangan bidadari.
Aku terus berlari melewati galangan yang membelah sawah-sawah petani. Kusambut derai angin yang tak jemu membelai-belai gerai rambutku. Inilah jenak-jenak yang kan selalu melekat sepanjang ingatan.
Aku rindu padamu, teman baikku.
Kau yang menatap; mengawasiku dari kejauhan. Di sana. Nun jauh di desa yang tentram. Sambil menggembalakan kawanan domba dan bermain seruling syahdu. Masihkah engkau menyimpan sisa-sisa masa dulu, ketika masa-masa riang melingkungiku.
Gadis ini masihlah gadis desa. Yang rindu pada alam yang permai; pada kicauan murainya, pada derit pepohonan bambu, juga desau-desau angin senjanya.
Aku memiliki harapan
yang kuubah menjadi doa
tentang satu permintaan
sebuah jiwa penuh cinta
Aku memililiki harapan
yang kini menjadi doa
bahwa suatu hari kelak
aku menyulam kebersamaan
Biarlah zaman menuliskan kisah
Tentang cinta kita yang amat indah
Cinta seorang gadis desa
Hatinya terpaut pemuda sederhana
Temanku.
Cintaku ibarat lautan dengan ombaknya. Seperti tinta dengan warnanya. Seperti mentari bersama cahayanya. Bagaimanakah memisahkannya?
Aku Manja!
Hai kekasihku.
Kenapa kau tak duduk di sampingku?
Kemarilah!
Aku memanggil namamu dengan segenap kemanjaan seorang wanita.
Kemarilah. Hatiku sedang berdendang karena penuh rasa sayang...padamu!
Tidak kah ingin dengarkan?
Tataplah mataku. Tidak kah kau lihat gelora cinta yang berbinar-binar...untukmu! Lihatlah betapa senyumanku berada di puncak keindahan. Dan senyumanku bukan milik seorangpun di dunia ini, hanya untuk dan hanya milikmu.
Tidak kau mengerti, kurawat rambut hitamku, kusisiri... kugeraikan keindahannya, semua itu hanya untukmu. Kuhaluskan setiap inci kulitku, tak kuizinkan debu menyentuhku, tak kubiarkan noda mengotorinya, karena kuingin engkau hanya menemukan keindahan ketika bersamaku.
Dan cinta mungil miliku itu mulai tumbuh. Aku takut sekali kasih sayangmu menyiraminya. Karena dengannya, cinta mungil itu bisa berkembang di padang-padang cinta yang menghijau. Berkembang serta tumbuh. Mengisi setiap celah relung dari hatiku.
Amat takut diriku bila cintamu menawan diriku yang rapuh ini. Nanti aku akan menanggung sakitnya menahan rindu. Atau mengganggu ucapanku karena sentuhan sayangmu pasti mengubah setiap kata menjadi lebih puitis dari biasanya.
Bagaimana kelak bila diriku tak lagi mampu mengendalikan cinta yang semakin membesar dari hari ke hari? Apakah engkau dapat mengobatinya? Akankah engkau membawakanku kuntum-kuntum bunga beserta keharumannya? Ataukah sebilah sembilu yang kau bawa untuk melukaiku?
Ah, aku tak peduli. Cintaku lebih besar dari semua ketakutan itu. Maka marilah bersamaku. Aku sedang dilanda asmara. Meletup-letup indah betatapun didalamnya ada kecemasan. Cemas kalau-kalau kau terperosok ke lain hati. Tapi itulah tanda dari cinta.
Bila kau terperosok, kuharap hanya terperosok ke dalam hatiku :)
Tanyakan Cintaku
Kau buka hatiku
Akupun bergetar oleh kelembutanmu
Ada kasih yang menggeletar
Hingga hati seorang wanita ini
Tersentuh oleh hati mesramu
Bila kau tanyakan
Apakah aku mencintamu
Maka aku tak dapat menjawabnya
Akupun tak tahu
Apakah aku jatuh cinta
Ataukah aku sedang mencintaimu
Jatuh cinta itu sekedar tertawan
Pada keindahan atau ketampanan
Sebentuk kemilau dari cahaya kekaguman
Sedangkan mencintai
Sebentuk kemampuan memberi
Bulir-bulir kebahagiaan
Aku tak tahu
Apakah aku jatuh cinta
Ataukah sedang mencintaimu?
Tentang Hamparan Hijau Itu
Tatkala angin Utara meniup sepoi-sepoi dan udara dipenuhi rasa dingin, mataku mulai terasa berat. Jubah malam sepertinya dibasahi gerintik hujan yang dengan setia turun dengan sangat perlahan. Dan hanya suara binatang desa yang masih kudengar bersahut-sahutan.Ketika kehidupan mulai tertidur, khayalanku mulai merayap dalam kesenyapan. Aku kembali melihat diriku yang berlari-lari kecil di punggung bukit. Kala itu matahari begitu murah hati memberikan cahaya keemasannya. Mega-megapun terkena sapuan tipis itu. Indah laksana sepuhan perak dari tangan bidadari.
Aku terus berlari melewati galangan yang membelah sawah-sawah petani. Kusambut derai angin yang tak jemu membelai-belai gerai rambutku. Inilah jenak-jenak yang kan selalu melekat sepanjang ingatan.
Aku rindu padamu, teman baikku.
Kau yang menatap; mengawasiku dari kejauhan. Di sana. Nun jauh di desa yang tentram. Sambil menggembalakan kawanan domba dan bermain seruling syahdu. Masihkah engkau menyimpan sisa-sisa masa dulu, ketika masa-masa riang melingkungiku.
Gadis ini masihlah gadis desa. Yang rindu pada alam yang permai; pada kicauan murainya, pada derit pepohonan bambu, juga desau-desau angin senjanya.
Aku memiliki harapan
yang kuubah menjadi doa
tentang satu permintaan
sebuah jiwa penuh cinta
Aku memililiki harapan
yang kini menjadi doa
bahwa suatu hari kelak
aku menyulam kebersamaan
Biarlah zaman menuliskan kisah
Tentang cinta kita yang amat indah
Cinta seorang gadis desa
Hatinya terpaut pemuda sederhana
Temanku.
Cintaku ibarat lautan dengan ombaknya. Seperti tinta dengan warnanya. Seperti mentari bersama cahayanya. Bagaimanakah memisahkannya?