Mengobati Menyembuhkan Bipolar Disorder

Apa yang akan diceritakan dibawah ini merupakan pengalaman dari orang dengan bipolar disorder, borderlina personality, dan sebagian gejala febromyelgia .  Bagaimana mereka mengatasi bipolar disorder dan membangun kehidupan yang lebih normal? 

Semoga saja apa yang disampaikan ini memberikan pandangan, terutama tentang bagaimana mengatasi personality disorder, baik bipolar maupun borderline. 

Mengatasi Bipolar dan Borderline Personality Disorder

Pada awalnya, ia tidak mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya. Ia hanya berpikir bahwa selama ini kehidupannya memang lebih rumit dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. 
Tanpa sengaja ia membaca mengenai penyakit bernama Borderline Disorder. Hampir tak dapat dipercaya, semua gejala bipolar disorder ada padanya. Detik itu lah ia baru menyadari bahwa dirinya mengidap suatu penyakit. 

Melalui internet, tanpa sengaja ia mendapatkan jawaban "mengapa" dirinya seperti itu selama ini?
Ia mengalami apa yang disebut dengan manic episode. Episode itu dipenuhi dengan ambisi yang membuncah-buncah. Ada semangat meletup dan ingin meledak dari dalamnya. Energi seolah mengalir seperti air terjun yang tiada henti bergeranjas. Dalam keadaan episode manik ini, ia dapat menerabas apapun dalam pekerjaannya. 

Karena ambisi yang besar, kebutuhan tidurnya berkurang. Seperti diungkapkan beberapa penjelasan, penderita bipolar disorder hanya tidur beberapa jam.  

Ia begitu bahagia. Kehidupan terlihat berjalan sangat baik. Ia merasa optimis. Optimisme berlebihan ini terkadang membuatnya seringkali mengambil keputusan yang gegabah. Pikirannya begitu cepat berkelebatan. Berbagai ide mengalir sangat deras. Ia tidak bisa berhenti berpikir. 

Di lain waktu, semangatnya berada di titik nadir. Semangatnya yang demikian membakar itu dapat lenyap tak berbekas ketika berada di episode depresi. Bahkan keputusasaan menyedot dirinya hingga pikiran tentang bunuh diri menghinggapinya. Langit kehidupan yang tadinya terlihat cerah, berganti menjadi suram. Tak ada sedikitun cahaya. 

Tak ada celah bagi harapan untuk dapat menyinarinya meskipun hanya secercah saja. Pada episode depresi ini, energinya benar-benar habis. Ia sangat kesulitan melakukan aktifitas sehari-harinya. Pikirannya digerogoti oleh rasa putus asa. Perasaannya dipenuhi oleh perasaan sedih, takut, cemas, dan linglung. 


Perubahan mood yang sedemikian ekstrim ini mengganggu hubungan sosialnya. Ia menarik diri dari lingkungan masyarakat. Lebih senang "asyik" dengan dirinya sendiri. Di lain sisi, ia memiliki masalah dengan istrinya. Hampir seperti dikatakan oleh para ahli,  lebih dari 70% penderita bipolar disorder tidak sanggup membangun rumah tangga. 

Hari-hari di rumah tangganya adalah hari-hari bagaikan jilatan api penyiksaan. Tidak ada ketentraman. Tidak pula kedamaian. Yang ada hanyalah pertengkaran. Bahtera rumah tangganya hampir-hampir pecah. Ide perceraian kerap kali menyambangi pikirannya. Beruntung sang istri masih bisa mempertahankannya. 

Ketika ia membaca mengenai gejala bipolar disorder untuk kali pertama, ia hanya membacanya sekilas. Ia tak ingin mengetahuinya dengan sangat detil. Mengetahui bahwa dirinya mengidap suatu penyakit, seketika itu pula ia merasa lebih baik. Ternyata segala kejadian yang dialaminya selama ini karena ia berbeda dengan orang lain. Dan ketika ia memakluminya, ia merasa lebih baik. 

Selanjutnya, ia hanya mengungkapkan kepada istrinya bahwa ia mengidap suatu penyakit bernama bipolar disorder. Ia meminta istrinya mencari tahu hal ihwal penyakit ini. Ia ingin istrinya-lah yang mengetahui segala hal mengenai penyakit itu. Apa penyebabnya, apa gejalanya, dan bagaimana cara mengatasinya. 

Ada perasaan takut pada dirinya ketika ingin mencari tahu tentang penyakit yang dideritanya. Ia tak ingin pikirannya semakin lemah karena mengetahui bahwa ia mengidap penyakit bipolar disorder. Ia tidak ingin pergi ke rumah sakit ataupun psikiater untuk berkonsultasi. Alasannya, dengan berkonsultasi ataupun pergi ke rumah sakit artinya mengkonfirmasi bahwa dirinya memang benar-benar mengidap suatu penyakit. Dan ia tidak ingin pikiran semacam itu ada di kepalanya. 

Penerimaan Orang Terdekat Adalah Obat Bipolar Disorder

Satu hal yang membuatnya merasa jauh lebih baik adalah penerimaan sang istri. Ia mengungkapkan bahwa dirinya mengidap bipolar. Tanpa disangka, sang istri menerimanya sepenuh hati. Mengetahui penerimaan yang tulus ini, hatinya laksana ditetesi embun kesejukan. Ia memang benar-benar merasa sejuk.

Pikirannya tidak lagi panas. Hatinya merasa damai karena tahu bahwa dirinya diterima dan dicintai apapun apa yang terjadi dengan dirinya. Penerimaan dan perasaan dicintai inilah yang menurutnya sebagai obat paling efektif. Terlebih ketika ia mengetahui, di suatu malam istrinya berdoa kepada Tuhan agar menyembuhkan suaminya. 

Perubahan Drastis

Semenjak itu pula, terjadi perubahan drastis dalam hubungan mereka. Sang istri lebih mengerti dengan semua sikap suami yang moody, kadang mudah tersinggung (irritable), dan berbagai perilaku lainnya yang memang merupakan ciri seorang bipolar disorder

Mereka terus berupaya membangun komunikasi yang baik dari hari ke hari. Sehingga pada akhirnya sedikit demi sedikit ada perubahan drastis. Ia merasa bahwa dirinya lebih stabil secara emosional.  Kurang dari satu tahun, ia mulai menjalani hidup normal. 

Pertengkaran di rumah semakin berkurang. Sangat berkurang. Ia juga mulai bisa konsentrasi di tempat kerjanya. Meskipun terkadang masih ada terasa episode manik ataupun depresi, namun kadarnya sangat kecil sehingga ia bisa menanganinya tanpa kesulitan.

Inti dari kesembuhan dari penderitaan bipolar disorder adalah penerimaan orang terdekatnya, dalam hal ini sang istri. Penerimaan dan kasih sayang istrinya merupakan cara terbaik dalam mengobati bipolar disorder yang dideritanya.