Puisi dan Kata Cinta Sedih Yang Tak Pernah Selesai

Cinta dalam Kesedihan

Tatkala cahaya matahari jatuh ke wajah bumi, aku tertegun di sisi bunga melur yang harum. Udara dipenuhi aroma wangi. Nektar-nektar di kelopak indahnya mengundang sepasang kupu-kupu bermain riang.

Semerbak dari melur menelisik jendela jiwaku yang dirundung duka. Angin berdesir selembut sutra. Tetapi tidak cukup lembut membelai hatiku yang terluka. 

Kau tidak pernah tahu betapa hatiku menahankan kepedihan. Mengapa hatiku yang satu-satunya ini kau pecahkan? Kutahan agar air mata ini tidak pernah menetes. Tetapi sebak di dada ini bergemuruh, bagai goncangan badai. 

Aku telah berjanji...bentangan waktu itu akan kita lalui bersama-sama. Menyusuri pantai-pantai kebahagiaan sepanjang usia kita. Memasuki belantara kerinduan setiap waktu. Dan kita akan bermain bersama pasir-pasir putih tanpa ada puisi cinta sedih di sela-selanya. 

Kupersembahkan kesetiaanku karena kesetiaan adalah harta terindah yang pernah kumiliki untukmu. Betapa agungnya. Betapa megahnya. Ia begitu indah laksana untaian mutiara di leher cantik sang puteri. 

Aku telah berjanji menjadi teman terbaik yang Tuhan kirimkan untukmu; yang menentramkan hati saat keresahan melanda; memberi kesejukan kala kemarau menyiksa; dan menyempurnakan kebahagiaan yang kau punya. 

Untaian kata cinta sedih dalam prosa nan menawan


Pertemuan Cinta 



Malam hampir saja tiba ketika aku terjatuh karena keletihan. Kelopak mataku terkatup. Pikiranku tak menentu. Tubuhku rebah tanpa daya. Udara sangat sepi bagiku. Hanya hembusan nafas terdengar gelisah. 

Tiba-tiba pikiranku seperti terhempas. Aku merasakan tubuhku terjatuh ke suatu padang luas. Hanya bentangan rerumputan warna hijau yang kulihat. Ujung dari itu padang itu adalah pertemuannya dengan langit biru. 

Dan ketika pikiranku masih terhenyak oleh pemandangan itu, perlahan-lahan terhirup aroma wangi yang tak pernah kutahu sebelumnya. Pikiranku segar kembali laksana geranjas air di arungan. Nun jauh di sana mataku menangkap cahaya kemilau yang semakin lama semakin mendekat. 

Tatkala cahaya itu tiba di depanku, aku melihat dengan ketakjuban. Ia berdiri gagah dalam keanggunan. Rambutnya terurai dan permata hijau terletak begitu indah di atasnya. Jubahnya kehijauan berkelibat oleh sentuhan angin lembut. 

Ia menatapku penuh makna. Aku dapat merasakan aura seorang ratu pada dirinya. Dan ketika seulas senyuman menghiasi wajahnya, aku merasakan kebahagiaan bergemarai memenuhi lubuk hatiku. Ia menarik nafas panjang sembari menyipitkan matanya seolah. Seketika itu suasana terasanya senyap. Seluruh kehidupan mayapada seolah terhenti. Begitu pula dengan detak jantungku. 

"Putriku, betapa rindu hatiku ini."Gema suaranya menguasai suasana. Aku masih tercekat. Tenggerokan serasa kering kerontang. Namun perlahan-lahan aku mulai merasakan kenyamanan lagi. 

"Telah kutabahkan hatiku betatapun rindu ini mendera. Ingin kukatakan padamu semua kata-kata yang kusimpan. Ingin kubersihkan hatiku agar kata-kata itu kau terima sepenuh jiwa. Ingin kuhiasi seindah-indahnya agar hatimu terpesona...

"Tentang cinta...ia laksana air. Betapa lembut. Tak dapat kau genggam oleh tanganmu. Namun ia akan terus mengalir, berdebur, dan pecah menjadi ombak.

"Cinta adalah gerbang antara dirimu dan dirinya, menjalin hidup berdua saling mengasihi. Membawakan kemesraan ke kehidupan nyata. Dan pembuktian bahwa tiada nama seindah namanya. 

"Tetapi putriku.... Cinta bukanlah pemaksaan agar ia membahagiakan dirimu sepenuhnya. Melainkan sebagai jalan menuju istana ketentraman. Ia bersamamu tetapi hati adalah milik dirinya sepenuhnya. Ia hanya akan menjadi milikmu manakala ia tertawan keindahan pribadimu.

....