Investasi pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk menangguk pundi-pundi rezeki. Seiring perjalanan, saya melihat sisi lain dari mental investasi ini. Apa itu? Percaya atau tidak investasi membuat saya memiliki daya kendali keuangan lebih besar daripada sebelumnya.
Memang penyakit wanita, seperti shoppingitis alias doyan shopping, sangat sulit dihilangkan. Godaan untuk berbelanja begitu kuat. Padahal kita sama sekali tidak memerlukan barang tersebut.
Saat memahami arti penting investasi, dengan sendirinya penyakit itu hilang. Bisa dikatakan sudah terbebas lantaran kegiatan investasi properti yang saya lakukan.
Dengan investasi properti itu, saya mulai menghargai nilai uang. Sejumlah uang yang kelihatannya mungkin kecil di mata kita, sesungguhnya sangat bernilai ketika diletakan di pundi investasi.
Memulai dengan membeli tanah seharga 40 jutaan, saya bisa mendapatkan 100 juta hanya dalam waktu kurang dalam setahun. Bagaimana jika dibiarkan dua tahun? Tentunya lebih berlipat ganda lagi. Dari sini pula akhirnya saya menyadari bahwa uang dapat bekerja untuk kita.
Agar uang terus menerus bekerja untuk kita hanya ada satu syarat saja: sabar. Pertama sabar menahan godaan berbelanja atau membeli barang-barang yang dengan sangat pintar ditawarkan oleh para marketer. Kedua, sabar menahan properti sampai harganya mencapai target yang kita tentukan.
Membeli Rumah Tanpa Kehilangan Uang
Membeli rumah tanpa kehilangan uang merupakan teknik sampingan dari cara investasi properti. Sebenarnya tidak benar-benar kehilangan uang. Namun saya menganggapnya demikian.
Untuk lebih jelasnya saya ilustrasikan sebagai berikut.
Misalnya Anda ingin mendapatkan rumah, katakanlah seharga 300 juta, biasanya masyarakat awam berpikir bagaimana mendapatkan uang untuk DP atau uang muka. Kemudian setelah mereka mendapatkan uang muka, mereka tinggal memikirkan cicilan selama 10 hingga 15 tahun.
Namun saya membiasakan diri untuk tidak pernah dengan berhubungan dengan cicil mencicil alias hutang. Oleh karena itu, saya biasanya mengumpulkan uang sebesar uang muka, misalnya 30 juta. Nah uang 30 juta ini saya investasikan dengan membeli tanah. Cari saja di daerah, murah namun prospektif.
Hanya menunggu 3 tahun, maka uang tadi biasanya sudah bisa digunakan untuk membeli rumah secara cash. Dari mana uang tadi? Ya tentunya dari hasil penjualan tanah. Dan saya selalu menyisakan uang sejumlah modal ketika membeli dulu.
Dengan begitu, saya menganggap sebagai membeli rumah tanpa harus mengeluarkan uang. Anggap saja uang jatuh dari langit :)
Saya cukup miris melihat teman-teman yang menggunakan tabungan uangnya hanya untuk DP rumah. Dan hingga kini harus tetap menyicil. Padahal kalau mereka sabar 3 tahun dengan menginvestasikan uang tersebut, mungkin sekarang sudah dapat memiliki rumah: cash!
Cara ini juga saya terapkan untuk membeli hal lainnya yang tentunya saya perlukan. Misalnya membeli mobil. Saya tetapkan berapa harga mobil tersebut. Misalnya mobil dengan harga 500 juta. Cukup dengan 200 juta saja. Lalu uang 200 juta tersebut saya investasikan dengan membeli tanah.
Tunggu saja beberapa lama (biasanya saya targetkan 3 tahun). Jika kita jeli, bisa saja hanya 2 tahun. Adapun target harga jualnya 600 sampi 700 juta. Dari uang tersebut saya mengembalikan modal sebesar 200 juta. Barulah sisanya untuk membeli kendaraan.
Bandingkan dengan menabung di bank atau kredit mobil selama 5 tahun. Mana yang kira-kira lebih menguntungkan? Oleh karena itu, perlu saya tekankan di sini: dengan berinvestasi dengan sendirinya kita akan pandai menahan berbagai godaan belanja sekaligus menjadi seorang finansial planner yang ulung.
Bagaimana dengan Anda?