Cara Mengajarkan Investasi Kepada Anak

Investasi merupakan cara menghindari hari-hari dengan berjibaku menggapai kemakmuran. Investasi merupakan cara mudah agar kita tidak mengkhawatirkan income meskipun dengan kehidupan yang relatif santai. 

Setelah kita mendidik diri kita sendiri, bagi Anda yang sudah mempunyai buah hati ada baiknya mengajarkan finansial kepada anak-anak. Tujuannya bukan sekedar bagaimana mengatur keuangan, akan tetapi bagaimana menata kecerdasan emosi mereka. 

Sebagaimana diketahui, kecerdasan emosi merupakan faktor penting dalam menjalani kehidupan ini agar sukses dan bahagia. Maka dari itu, jangan menyepelekan pendidikan-pendidikan dasar untuk anak-anak. 

Pendidikan karakter, kepribadian, dan kecerdasan emosi jauh lebih penting daripada IQ. Tentunya Anda sudah melihat bukti-buktinya, bahwa seseorang yang sukses memiliki tradisi kerja keras, tabah, tidak berhenti belajar, dan lainnya yang merupakan kecerdasan spiritual maupun emosional. 

Bagaimana Cara Mengajarkan Investasi?

Konsep investasi itu mudah. Anda memiliki uang 10.000 dan Anda biarkan beberapa waktu. Uang 10.000 itu akan menjadi 100.000. Itulah konsep mudah investasi. 

Untuk mengajarkan anak-anak investasi sejak dini, bisa dengan memberikannya uang. Misalnya 5000 rupiah. Katakan padanya apabila ia tidak menggunakan uang itu hingga satu bulan, maka akan diganti ganti dengan 10.000. 

Dan bila dibiarkan dalam waktu 2 bulan, akan diganti dengan 20.000. Semakin lama semakin besar nilai uangnya. Di sini anak-anak diajarkan untuk memahami konsep waktu. Semakin lama menginvestasikan uang, semakin besar return yang kita terima. 


Mental investor sangat penting dimiliki oleh anak-anak untuk menggapai hidup yang lebih sukses.

Investasi Bukan Spekulasi

Hal lain yang perlu diajarkan kepada anak-anak adalah pemahaman bahwa investasi bukanlah spekulasi. Maka yang diajarkan adalah bagaimana mereka memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. 

Sebagaimana pernah dirilis dalam penelitian mengenai anak-anak yang diberi marshmallow, mereka yang mampu bersabar untuk tidak memakannya agar diberi lebih banyak lagi hidup lebih sukses.

Di sinilah peran adversity quotioent, yaitu daya tahan terhadap penderitaan untuk mendapatkan sesuatu yang membahagiakan. Mereka yang tidak memiliki kesabaran sangat mudah dikendalikan keadaan. Mereka bereaksi terhadap perubahan keadaan, bukan mengarahkan bagaimana agar keadaan bisa sesuai dengan keinginannya. 

Pada akhirnya saya sering merasa kasihan dengan orang-orang yang lebih suka berspekulasi daripada investasi. Ujung-ujungnya uang mereka hilang melayang tanpa entah ke mana. Satu hal yang saya pelajari dari hal ini adalah karena mereka tidak sabar untuk mendapatkan keuntungan dari investasi. 

Oleh karena itu, orang-orang yang jeli dengan kondisi psikologi mereka memanfaatkannya dengan menjajikan "investasi cepat" dan hasil yang besar. Bahkan terkadang tidak masuk akal. 

Oleh karena itu, sekali lagi perlu saya tekankan untuk mengajarkan anak-anak investasi. Mudah-mudahan dengan upaya ini, kita bangsa Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara lain dalam hal income. Misalnya Singapura. Warga Singapura selalu menyisihkan 30% lebih pemasukannya untuk investasi