Puisi "Bahagia Itu Sederhana" merupakan salah satu puisi yang paling dicari oleh banyak orang.
Baik dalam bentuk puisi baru maupun puisi lama, seperti syair, nazam, ataupun pantun.
Bahagia sendiri impian bagi semua orang.
Gina sendiri ingin bahagia dalam hidup ini; ceria setiap hari; riang dalam hati; meriah dalam merayakan anugerah kehidupan ini.
Akan tetapi seringkali lupa,
Bahwa sesungguhnya bahagia itu sederhana. Sangat sederhana.
Cukup dengan memutuskan bahwa kita bahagia maka bahagia.
Hanya saja...
Kita sendirilah yang memberikan banyak syarat agar berbahagia. Dan syarat itu berasal dari luar diri kita.
Tidak perlu berlama-lama, nikmati puisi bahagia itu sederhana dari Gina.
Bagai butir-butir pasir di pantai
Atau seperti gerimis sebelum hujan
Tetapi usiaku mungkin tak sebanyak itu
Untuk mengejar keinginan
: keinginan yang kuanggap jalan
menuju kebahagiaan.
Dan betapa diriku salah.
Kini kudengarkan puisi jiwa
Yang melantun merdu di ruang jiwa
Bahwa bahagia itu sederhana
Hadapkan hati pada Pencipta
Terima takdir tanpa banyak bicara
Syukuri hidup sepenuh-penuhnya
Sisa gemuruh tadi malam
Namun esok mentari kan bersinar
Cahayanya terpancar
Hatiku sesejuk embun
Semangatku sehangat sinar sang surya
Jiwaku syahdu laksana pagi
Hari ini
Aku bahagia karena cintamu
Cintamu itu
Yang sangat sederhana
Sesederhana bunga
Yang kuncup tanpa terburu-buru
Mekar tanpa kecemasan
Dan Layu jika memang sudah waktunya.
Aku bahagia
Dan bahagia itu sederhana.
Puisi bahagia itu sederhana
Bukan untuk siapa-siapa
Hanya untuk diriku saja.
Agar hatiku sederhana seperti embun
Bening, dingin, serta penuh kesejukan.
Bersahaja bagai bunga melur
Hangat seperti mentari pagi
Indah seperti baris sajak
Aku ingin hatiku
Sesyahdu syair pujangga
Semegah sajak istana
Semerdu nyanyian burung
Mengalun bagai irama lagu
Mengembara laksana angin
Itulah beberapa puisi bahagia itu sederhana.
Meskipun sudah beberapa kali membuat puisi dengan tema bahagia dan sederhana, masih juga Gina ingin menuliskannya.
Gina memang suka menulis puisi.
Kadang dengan irama, seperti dalam syair lama.
Terkadang juga tanpa irama yang beraturan sebagaimana ciri puisi kontemporer.
Di lain waktu biasanya Gina menulis dengan bentuk liris seperti karya-karya Kahlil Gibran.
Pujangga terkenal seperti Chairil Anwar, Sapardi Joko Damono, atau WS. Rendra atau Taufik Ismail menghasilkan karya monumental.
Tetapi tidak semua karya mereka bisa dinikmati.
Mungkin karena terlalu puitis atau terlalu abstrak.
Mungkin itulah sebabnya, terkadang Gina menuliskan puisi-puisi sederhana, dengan pilihan kata yang mudah dicerna.
Gina sendiri menyukai karya dari Amir Hamzah.
Puisi-puisi lamanya sangat indah. Dipengaruhi haiku dari Jepang, didominasi aura spiritual yang kental, karya Amir Hamzah sangat bermakna.
Begitu juga dengan Taufik Ismail.
Karyanya yang berjudul Tuhan 9 centi sangat terkenal.
Kali pertama kenal dengan karya-karyanya ketika membaca Sajak Ladang Jagung. Kumpulan puisi Taufik Ismail yang terbilang awal.
Tetapi...
Karya-karya penyair yang tidak terkenal lah yang paling Gina sukai.
Puisi-puisi yang tersebar di blog dunia maya. Terutama puisi yang bertutur.
Oleh karena itu, kali ini Gina coba untuk membuat puisi dengan gaya bertutur.
Selamat menikmati. Semoga bisa dinikmati...
Pada wanita yang sederhana
Yang memaafkan kesalahan
Mendidik jiwa dengan kerendah-hatian
Menerima takdir penuh ketulusan
Bekerja dalam kedamaian
Wanita sederhana
Semangatnya laksana cahaya surya
Romantisnya seperti renyai gerimis senja
Senyumnya seteduh kelopak bunga
Aku ingin menjadi indah
Indah dengan cara sederhana
Embun beku di sudut daun
Bening.
Aku menatapnya penuh takjub
Betapa mungil dan indah
Betapa tenang dan teduh
Bagai bayi yang tidur di pangkuan ibunya.
Ingin kugambarkan embun beku
Pada baris sajak-sajakku
Pada bait puisiku
Pada ayat-ayat syairku
Karena
Embun beku itu
Tak ubahnya hatiku
Hati yang dingin
Tak beriak
Tak gelisah
Tiada pula kecemasan mengguncangkan
Karena
Hatiku penuh kebahagiaan
Semenjak semalam
Semenjak sang hujan mengajarkan
Bahwa ia hidup dengan mengalir
Mengikuti alunan takdir.
Di beberapa blog Gina yang lain, seperti syairko.blogspot.com, Gina juga membuat puisi dalam bentuk sastra lama.
Yakni dengan menggunaan persamaan bunyi.
Atau dikenal dengan puisi yang bersajak. Biasanya dalam bentuk syair.
Sekedar bonus, di bloggericav ini Gina tuliskan juga puisi dalam bentuk syair.
Sepenuh hati sepenuh jiwa
Jika kita tinggalkan pada akhirnya
Ditinggalkan untuk selamanya
Hiduplah di dunia dengan sederhana
Agar hati tentram senantiasa
Hidup mudah hati tak tersiksa
Walau di dunia ibarat di surga
Untuk apa dendam kesumat
Jika maaf lebih bermanfaat
Badanpun akan terasa sehat
Sangat berguna untuk akhirat
Untuk apa iri dengki
Lebih indah bila berbagi
Cinta makhluk akan mendatangi
Kasih sayang orang menyambangi
Untuk apa kita berduka
Karena hilang benda dunia
Lebih baik berhati tabah
Jiwa pun akan merasa sentausa
Tak perlu kita takabur
Bukan kah lebih baik kita bersyukur
Karena ujung hidup adalah kubur
Mati terpendam bagaikan tidur
Baik dalam bentuk puisi baru maupun puisi lama, seperti syair, nazam, ataupun pantun.
Bahagia sendiri impian bagi semua orang.
Gina sendiri ingin bahagia dalam hidup ini; ceria setiap hari; riang dalam hati; meriah dalam merayakan anugerah kehidupan ini.
Akan tetapi seringkali lupa,
Bahwa sesungguhnya bahagia itu sederhana. Sangat sederhana.
Cukup dengan memutuskan bahwa kita bahagia maka bahagia.
Hanya saja...
Kita sendirilah yang memberikan banyak syarat agar berbahagia. Dan syarat itu berasal dari luar diri kita.
Tidak perlu berlama-lama, nikmati puisi bahagia itu sederhana dari Gina.
Puisi Nyanyian Jiwa
Mungkin keinginan itu masih banyakBagai butir-butir pasir di pantai
Atau seperti gerimis sebelum hujan
Tetapi usiaku mungkin tak sebanyak itu
Untuk mengejar keinginan
: keinginan yang kuanggap jalan
menuju kebahagiaan.
Dan betapa diriku salah.
Kini kudengarkan puisi jiwa
Yang melantun merdu di ruang jiwa
Bahwa bahagia itu sederhana
Hadapkan hati pada Pencipta
Terima takdir tanpa banyak bicara
Syukuri hidup sepenuh-penuhnya
Bahagia Karena Cintamu
Mendung mungkin masih hitamSisa gemuruh tadi malam
Namun esok mentari kan bersinar
Cahayanya terpancar
Hatiku sesejuk embun
Semangatku sehangat sinar sang surya
Jiwaku syahdu laksana pagi
Hari ini
Aku bahagia karena cintamu
Cintamu itu
Yang sangat sederhana
Sesederhana bunga
Yang kuncup tanpa terburu-buru
Mekar tanpa kecemasan
Dan Layu jika memang sudah waktunya.
Aku bahagia
Dan bahagia itu sederhana.
Sederhana: Itu Yang Kuinginkan
Ingin kutuliskanPuisi bahagia itu sederhana
Bukan untuk siapa-siapa
Hanya untuk diriku saja.
Agar hatiku sederhana seperti embun
Bening, dingin, serta penuh kesejukan.
Bersahaja bagai bunga melur
Hangat seperti mentari pagi
Indah seperti baris sajak
Aku ingin hatiku
Sesyahdu syair pujangga
Semegah sajak istana
Semerdu nyanyian burung
Mengalun bagai irama lagu
Mengembara laksana angin
Itulah beberapa puisi bahagia itu sederhana.
Meskipun sudah beberapa kali membuat puisi dengan tema bahagia dan sederhana, masih juga Gina ingin menuliskannya.
Gina memang suka menulis puisi.
Kadang dengan irama, seperti dalam syair lama.
Terkadang juga tanpa irama yang beraturan sebagaimana ciri puisi kontemporer.
Di lain waktu biasanya Gina menulis dengan bentuk liris seperti karya-karya Kahlil Gibran.
Pujangga dan Penyair Favorit
Sebenarnya tidak ada pujangga favorit.Pujangga terkenal seperti Chairil Anwar, Sapardi Joko Damono, atau WS. Rendra atau Taufik Ismail menghasilkan karya monumental.
Tetapi tidak semua karya mereka bisa dinikmati.
Mungkin karena terlalu puitis atau terlalu abstrak.
Mungkin itulah sebabnya, terkadang Gina menuliskan puisi-puisi sederhana, dengan pilihan kata yang mudah dicerna.
Gina sendiri menyukai karya dari Amir Hamzah.
Puisi-puisi lamanya sangat indah. Dipengaruhi haiku dari Jepang, didominasi aura spiritual yang kental, karya Amir Hamzah sangat bermakna.
Begitu juga dengan Taufik Ismail.
Karyanya yang berjudul Tuhan 9 centi sangat terkenal.
Kali pertama kenal dengan karya-karyanya ketika membaca Sajak Ladang Jagung. Kumpulan puisi Taufik Ismail yang terbilang awal.
Tetapi...
Karya-karya penyair yang tidak terkenal lah yang paling Gina sukai.
Puisi-puisi yang tersebar di blog dunia maya. Terutama puisi yang bertutur.
Oleh karena itu, kali ini Gina coba untuk membuat puisi dengan gaya bertutur.
Selamat menikmati. Semoga bisa dinikmati...
Menjadi Wanita Sederhana
Senantiasa diri ini terpesonaPada wanita yang sederhana
Yang memaafkan kesalahan
Mendidik jiwa dengan kerendah-hatian
Menerima takdir penuh ketulusan
Bekerja dalam kedamaian
Wanita sederhana
Semangatnya laksana cahaya surya
Romantisnya seperti renyai gerimis senja
Senyumnya seteduh kelopak bunga
Aku ingin menjadi indah
Indah dengan cara sederhana
Embun Beku Itu
Dan menitislah...Embun beku di sudut daun
Bening.
Aku menatapnya penuh takjub
Betapa mungil dan indah
Betapa tenang dan teduh
Bagai bayi yang tidur di pangkuan ibunya.
Ingin kugambarkan embun beku
Pada baris sajak-sajakku
Pada bait puisiku
Pada ayat-ayat syairku
Karena
Embun beku itu
Tak ubahnya hatiku
Hati yang dingin
Tak beriak
Tak gelisah
Tiada pula kecemasan mengguncangkan
Karena
Hatiku penuh kebahagiaan
Semenjak semalam
Semenjak sang hujan mengajarkan
Bahwa ia hidup dengan mengalir
Mengikuti alunan takdir.
Di beberapa blog Gina yang lain, seperti syairko.blogspot.com, Gina juga membuat puisi dalam bentuk sastra lama.
Yakni dengan menggunaan persamaan bunyi.
Atau dikenal dengan puisi yang bersajak. Biasanya dalam bentuk syair.
Sekedar bonus, di bloggericav ini Gina tuliskan juga puisi dalam bentuk syair.
Hidup Sederhana
Untuk apa mengejar duniaSepenuh hati sepenuh jiwa
Jika kita tinggalkan pada akhirnya
Ditinggalkan untuk selamanya
Hiduplah di dunia dengan sederhana
Agar hati tentram senantiasa
Hidup mudah hati tak tersiksa
Walau di dunia ibarat di surga
Untuk apa dendam kesumat
Jika maaf lebih bermanfaat
Badanpun akan terasa sehat
Sangat berguna untuk akhirat
Untuk apa iri dengki
Lebih indah bila berbagi
Cinta makhluk akan mendatangi
Kasih sayang orang menyambangi
Untuk apa kita berduka
Karena hilang benda dunia
Lebih baik berhati tabah
Jiwa pun akan merasa sentausa
Tak perlu kita takabur
Bukan kah lebih baik kita bersyukur
Karena ujung hidup adalah kubur
Mati terpendam bagaikan tidur